Rabu, 15 April 2020

Pengertian Ideologi dan Jenis-Jenis Ideologi dalam Wacana

Pengertian Ideologi dalam Wacana serta Jenis-Jenis Ideologi yang Terdapat dalam Wacana


Dalam wacana selalu ada pesan atau ide (Chaer, 2012:267) yang ingin disampaikan. Ada kepentingan tertentu di balik teks (Priyatni, 2012:29). Sebagai konstruk sosial, teks yang diproduksi tidak pernah dalam keadaan netral. Teks selalu ditunggangi keberpihakan dan kepentingan pemroduksinya. 


Analisis wacana kritis berupaya mengungkap usaha melestarikan dunia sosial, termasuk hubungan sosial yang melibatkan hubungan kekuasaan yang tak sepadan (Jorgensen dan Phillips, 2007:120).

Kartun salah satu bentuk wacana yang memiliki ideologi

Ketidak-sepadanan yang dimaksud dapat berupa hubungan antara mayoritas-minoritas, penguasa-dikuasai, ataupun gender (lelakiperempuan). Dalam setiap wacana  selalu ada upaya untuk mendominasi dan berebut pengaruh (Eriyanto, 2006:14). Berarti setiap wacana yang diproduksi memiliki tendensi kepentingan masing-masing. Kepentingan itulah yang dimaksud dengan ideologi.

Ideologi berasal dari bahasa Yunani idea (cita-cita) dan logos (ilmu pengetahuan).  Jadi, ideologi dapat diartikan sebagai pengetahuan tentang cita-cita atau ajaran (Ishomuddin, 2011:6). Secara leksikal ideologi diartikan sebagai cara berpikir (pola pikir) seseorang atau suatu golongan (Sugono et al, 2008:517).

Pola pikir manusia dipengaruhi oleh nilai moral yang ada di lingkungan sosialnya. Nilai moral merupakan induk dari segala nilai yang lain (Sujarwa, 2011:235), karena nilai moral bersifat formal yaitu keberadaan nilai moral selalu diikuti oleh nilai-nilai lain. Nilai-nilai yang lain tersebut adalah nilai estetika, nilai agama, dan nilai budaya. 

Ada berbagai macam ideologi yang berkembang di dunia. Ideologi-ideologi tersebut tumbuh dan berkembang sesuai dengan kondisi sosial masyarakatnya.

Adapun di sini dipaparkan tiga jenis ideologi yang relevan dengan wacana grafiti bak truk.

1. Ideologi Hedonisme
Hedonisme merupakan paham yang mendasarkan kebaikan pada kenikmatan yang dirasakan. Semua yang memberikan kenikmatan secara lahiriah kepada diri dianggap baik (Samawi, 1998:6). Sesuatu yang memberikan kenikmatan kepada diri sendiri dianggap benar. Pada awalnya paham ini menolak kesengsaraan hidup.

Semua yang mengakibatkan kesengsaraan dianggap salah. Namun, dalam perkembangannya hedonisme menjadi paham yang menganggap segala bentuk kenikmatan merupakan kebenaran. Dalam hedonisme, yang menjadi tolok ukur kebenaran adalah kenikmatan lahiriah (duniawi). Maka, tindakan untuk mendapat kenikmatan tersebut juga merupakan kebenaran. Masing-masing individu memiliki kebenaran  yang berbeda karena standar kebenaran diukur berdasarkan diri sendiri. 

2. Ideologi Kapitalisme
 Kapitalisme adalah sebuah sistem dan paham ekonomi yang modalnya bersumber dari modal pribadi atau perusahaan swasta dengan ciri persaingan dalam pasar bebas (Sugonoet al, 2008:622). Dalam kapitalisme segala daya upaya digunakan untuk mencari modal (uang) karena  tolak ukur kesuksesaan adalah kepemilikan modal (uang). Pemilik modal yang besar akan dianggap sukses.

Pihak yang memiliki modal besar dapat memonopoli perekonomian. Kegiatan memonopoli perekonomian tersebut dilaksanakan untuk menambah modal. Begitu seterusnya. Di luar sistem ekonomi, kapitalisme merupakan paham yang menganggap bahwa segala sesuatu harus menghasilkan modal (uang). Kecenderungan dalam kapitalisme, tanpa lagi memedulikan dampaknya, yang penting bisa dapat uang maka itu benar. Dalam penelitian ini, ideologi kapitalisme diartikan sebagai segala daya dan upaya yang dilakukan bertujuan untuk mendapat uang sebanyak-banyaknya.

3. Ideologi Religius
Ideologi religius (ideologi agama) meletakkan ajaran agama sebagai tata tertib dalam berkehidupan. Dalam penelitian ini agama yang dimaksud adalah Islam. Ada empat aspek yang mengiringi keberadaan ideologi agama yaitu ajaran tentang akidah, ibadah, akhlak, dan kemasyarakatan (Ishomuddin, 2011:80). Keempat aspek tersebut tidak terpisah antara satu dengan yang lain tetapi menjadi satu kesatuan yang saling berkaitan. 

Pada dasarnya ideologi agama mendasarkan pada pendapat bahwa segala sesuatu adalah milik Tuhan. Tuhan memerintahkan untuk menjaga hubungan baik dengan Tuhan dan hubungan antar-manusia. Segala tindakan dan perbuatan sematamata dilakukan untuk mencari keridaan Tuhan. Baik berkaiatan dengan muamalah (kemasyarakatan) maupun tindakan untuk diri sendiri. Dalam penelitian ini, ideologi religius diartikan sebagai paham yang mendasarkan segala sesuatu pada aturan dan ajaran agama.


Ditinjau dari nilai moralnya, ada tiga kecenderungan ideologi yang ada dalam wacana: (1) konservatif; (2) netral; dan (3) menentang. Wacana konservatif adalah wacana yang memuat ideologi yang melestarikan nilai moral yang ada dalam masyarakat. Wacana yang berideologi netral adalah wacana yang tidak menyinggung (memuat) nilai moral, sehingga tidak melestarikan juga tidak menentang nilai moral. Wacana yang menentang adalah wacana yang memuat ideologi (kepentingan) yang bertolak-belakang dengan ajaran moral yang berlaku.